WASHINGTON (Berita SuaraMedia) – Barack Obama membuat sebuah kasus intelijen, konsisten untuk intervensi AS di Libya, bertaruh pada penggulingan Gaddafi.
Para pembicara jaringan berita ternama ingin menyebutnya dengan "doktrin Obama", namun pidato Barack Obama menggarisbawahi keputusannya mengintervensi di Libya menentang rezim Gaddafi hanya menambahkan sebuah kerutan baru pada apa yang telah diketahui tentang sikap Presiden tersebut terhadap perang dan perdamaian.
Kembali pada tahun 2002, Obama memberikan sebuah pidato yang mengesankan yang menggambarkan kasus panas untuk intervensi unilateral AS dan penugasan pasukan AS: Afghanistan, akibat dari sebuah ancaman langsung terhadap AS. Pidato yang sama menyerang lawan dinginnya: Apa yang Obama sebut "perang bodoh" invasi Irak, di mana kepentingan nasional AS tidak secara langsung terlibat.
Tadi malam (28/3), dalam pidato televisinya dari Universitas Pertahanan Nasional di Fort McNair, Obama memperkenalkan sebuah kategori menengah untuk intervensi militer AS: ketika ada dukungan dari komunitas internasional, ketika "kepentingan dan nilai-nilai" AS yang digambarkan secara luas sedang dipertaruhkan, ketika ada dukungan dari para aktor regional, dan ketika ada sebuah tuntutan jelas dan darurat kemanusiaan.
Dengan kata lain, ketika temperatur global "tepat". Menyebutnya dengan doktrin Goldilock. Atau, dalam deskripsi Obama: "Kita memiliki sebuah kemampuan unik untuk menghentikan kekerasan tersebut: sebuah mandat internasional untuk bertindak, sebuah koalisi yang luas bersiap untuk bergabung dengan kita, dukungan negara-negara Arab, dan sebuah permohonan untuk membantu dari rakyat Libya sendiri. Kita juga memiliki kemampuan untuk menghentikan pasukan Gaddafi dalam jalurnya tanpa menempatkan pasukan Amerika di medan pertempuran."
Jarum yang Obama harus untai semalam membeda-bedakan intervensi di Libya dari konflik yang berpotensi lainnya di kawasan tersebut, sambil masih membuat sebuah kasus yang sulit untuk mengambil tindakan yang tidak berjangkauan terhadap sebuah invasi. Yang melibatkan sebuah derajat melakukannya dalam kedua cara, namun Obama benar-benar memberikan sebuah pembubaran yang menghancurkan dari lebih banyak tindakan agresif terhadap Gaddafi.
"Kita harus selalu mengukur kepentingan kita terhadap pentingnya bertindak," Obama mengatakan. Namun langkah akhir, dari sebuah invasi untuk mengusir Gaddafi, tidak dapat dibenarkan.
"Jika kita berusaha untuk menggulingkan Gaddafi dengan paksa, koalisi kita akan terpecah. Kita kemungkinan besar akan harus menempatkan pasukan AS di medan pertempuran tersebut, atau beresiko membunuh banyak warga sipil dari udara. Bahaya yang dihadapi oleh para pasukan kita akan menjadi lebih besar. Begitu juga dengan biayanya, dan bagian tanggung jawab kita untuk apa yang akan datang selanjutnya.
"Tanpa basa-basi, kita menempuh jalan tersebut di Irak. Berkat pengorbanan luar biasa pasukan kita dan kebulatan tekad diplomat kita, kita berharap tentang masa depan Irak. Namun perubahan rezim membutuhkan waktu delapan tahun, ribuan nyawa Amerika dan Irak, dan hampir triliunan dolar. Itu bukanlah sesuatu yang kita mampu bayarkan untuk mengulanginya di Libya."
Dalam melakukan demikian, Obama menolak tuduhan lantang dari para Republikan yang ingin menggunakan tongkat apapun untuk mengalahkannya. Namun tentu saja tidak akan menghentikan mereka. Rudy Giuliani – untuk beberapa alasan mengangkat untuk pakar komentar kebijakan asing oleh Piers Morgan di CNN – menuduh sifat melunaknya Obama tersebut: "Baik itu Anda masuk ke dalam atau Anda tidak masuk ke dalam". John McCain melakukan hal yang sama: "Ketika Reagan menyerang Tripoli ia tidak mengumpulkan sebuah koalisi."
Memang, standar Ronald Reagen yang dianut Giuliani dan McCain jauh lebih lemah dari standar Obama terhadap Libya dan Gaddafi. Pada tahun 1986, Reagen memerintahkan pesawat perang untuk menyerang rezim Gaddafi. AS tidak mengambil tindakan militer lebih jauh, Gaddafi masih tetap berkuasa, dan tragedi Lockerbie menyusul kemudian.
Lubang dalam pidato Obama adalah penolakannya untuk menawarkan adanya istilah pembatasan untuk keterlibatan AS. Jika Gaddafi bertahan terus, bagaimanapun juga, maka pada akhirnya Obama akan harus muncul dengan sebuah jawaban. Dengan tidak melakukan demikian tadi malam ia bertaruh bahwa ia kemungkinan tidak akan harus melakukan demikian.
"Di samping suksesnya upaya kita selama beberapa pekan terakhir, saya tahu bahwa beberapa warga Amerika melanjutkan untuk memiliki banyak pertanyaan tentang upaya kami di Libya. Gaddafi masih belum turun dari kekuasaannya, dan sampai ia melakukan demikian, Libya akan masih berbahaya." (ppt/gd) www.suaramedia.com
Para pembicara jaringan berita ternama ingin menyebutnya dengan "doktrin Obama", namun pidato Barack Obama menggarisbawahi keputusannya mengintervensi di Libya menentang rezim Gaddafi hanya menambahkan sebuah kerutan baru pada apa yang telah diketahui tentang sikap Presiden tersebut terhadap perang dan perdamaian.
Kembali pada tahun 2002, Obama memberikan sebuah pidato yang mengesankan yang menggambarkan kasus panas untuk intervensi unilateral AS dan penugasan pasukan AS: Afghanistan, akibat dari sebuah ancaman langsung terhadap AS. Pidato yang sama menyerang lawan dinginnya: Apa yang Obama sebut "perang bodoh" invasi Irak, di mana kepentingan nasional AS tidak secara langsung terlibat.
Tadi malam (28/3), dalam pidato televisinya dari Universitas Pertahanan Nasional di Fort McNair, Obama memperkenalkan sebuah kategori menengah untuk intervensi militer AS: ketika ada dukungan dari komunitas internasional, ketika "kepentingan dan nilai-nilai" AS yang digambarkan secara luas sedang dipertaruhkan, ketika ada dukungan dari para aktor regional, dan ketika ada sebuah tuntutan jelas dan darurat kemanusiaan.
Dengan kata lain, ketika temperatur global "tepat". Menyebutnya dengan doktrin Goldilock. Atau, dalam deskripsi Obama: "Kita memiliki sebuah kemampuan unik untuk menghentikan kekerasan tersebut: sebuah mandat internasional untuk bertindak, sebuah koalisi yang luas bersiap untuk bergabung dengan kita, dukungan negara-negara Arab, dan sebuah permohonan untuk membantu dari rakyat Libya sendiri. Kita juga memiliki kemampuan untuk menghentikan pasukan Gaddafi dalam jalurnya tanpa menempatkan pasukan Amerika di medan pertempuran."
Jarum yang Obama harus untai semalam membeda-bedakan intervensi di Libya dari konflik yang berpotensi lainnya di kawasan tersebut, sambil masih membuat sebuah kasus yang sulit untuk mengambil tindakan yang tidak berjangkauan terhadap sebuah invasi. Yang melibatkan sebuah derajat melakukannya dalam kedua cara, namun Obama benar-benar memberikan sebuah pembubaran yang menghancurkan dari lebih banyak tindakan agresif terhadap Gaddafi.
"Kita harus selalu mengukur kepentingan kita terhadap pentingnya bertindak," Obama mengatakan. Namun langkah akhir, dari sebuah invasi untuk mengusir Gaddafi, tidak dapat dibenarkan.
"Jika kita berusaha untuk menggulingkan Gaddafi dengan paksa, koalisi kita akan terpecah. Kita kemungkinan besar akan harus menempatkan pasukan AS di medan pertempuran tersebut, atau beresiko membunuh banyak warga sipil dari udara. Bahaya yang dihadapi oleh para pasukan kita akan menjadi lebih besar. Begitu juga dengan biayanya, dan bagian tanggung jawab kita untuk apa yang akan datang selanjutnya.
"Tanpa basa-basi, kita menempuh jalan tersebut di Irak. Berkat pengorbanan luar biasa pasukan kita dan kebulatan tekad diplomat kita, kita berharap tentang masa depan Irak. Namun perubahan rezim membutuhkan waktu delapan tahun, ribuan nyawa Amerika dan Irak, dan hampir triliunan dolar. Itu bukanlah sesuatu yang kita mampu bayarkan untuk mengulanginya di Libya."
Dalam melakukan demikian, Obama menolak tuduhan lantang dari para Republikan yang ingin menggunakan tongkat apapun untuk mengalahkannya. Namun tentu saja tidak akan menghentikan mereka. Rudy Giuliani – untuk beberapa alasan mengangkat untuk pakar komentar kebijakan asing oleh Piers Morgan di CNN – menuduh sifat melunaknya Obama tersebut: "Baik itu Anda masuk ke dalam atau Anda tidak masuk ke dalam". John McCain melakukan hal yang sama: "Ketika Reagan menyerang Tripoli ia tidak mengumpulkan sebuah koalisi."
Memang, standar Ronald Reagen yang dianut Giuliani dan McCain jauh lebih lemah dari standar Obama terhadap Libya dan Gaddafi. Pada tahun 1986, Reagen memerintahkan pesawat perang untuk menyerang rezim Gaddafi. AS tidak mengambil tindakan militer lebih jauh, Gaddafi masih tetap berkuasa, dan tragedi Lockerbie menyusul kemudian.
Lubang dalam pidato Obama adalah penolakannya untuk menawarkan adanya istilah pembatasan untuk keterlibatan AS. Jika Gaddafi bertahan terus, bagaimanapun juga, maka pada akhirnya Obama akan harus muncul dengan sebuah jawaban. Dengan tidak melakukan demikian tadi malam ia bertaruh bahwa ia kemungkinan tidak akan harus melakukan demikian.
"Di samping suksesnya upaya kita selama beberapa pekan terakhir, saya tahu bahwa beberapa warga Amerika melanjutkan untuk memiliki banyak pertanyaan tentang upaya kami di Libya. Gaddafi masih belum turun dari kekuasaannya, dan sampai ia melakukan demikian, Libya akan masih berbahaya." (ppt/gd) www.suaramedia.com

Tidak ada komentar:
Posting Komentar