ANTARA News

Rabu, 22 Juni 2011

Pendidikan Etika, Harga Mati Untuk Generasi Muda

Pendidikan Etiket, Harga Mati Untuk Generasi MudaSalah satu agenda penting yang diberikan kepada para santri adalah pendidikan etiket. Pendidikan etiket ini dilaksanakan pada setiap hari terakhir pelaksanaan ujian, baik di semester pertama (ganjil) maupun semester kedua (genap). Panitia ujian sebagai penanggung jawab dalam pelaksanaannya mengalokasikan bahwa materi ini diajarkan langsung oleh para wali kelas yang bertanggung jawab terhadap akhlak anggota kelasnya.

Begitupun yang terjadi pada akhir pelaksanaan ujian semester genap ini yang jatuh pada hari Kamis (16/6) kemarin. Panitia ujian hanya mengagendakan materi ujian pada jam pertama hingga pukul 08.30 WIB, selanjutnya pukul 09.00 WIB semua santri memasuki kelasnya masing-masing bersama wali kelasnya guna mendapatkan pendidikan etiket.
Guna mempermudah dan menyamakan persepsi terkait kurikulum etiket, panitia ujian membagikan absensi kehadiran siswa sekaligus buku paket yang membahas soal etiket. Buku panduan tersebut disesuaikan dengan pendidikan etiket yang ingin dicapai di pesantren Darunnajah Cipining.

Menanggapi pendidikan etiket ini, kepala biro pendidikan, Ustadz Faruq Abshori, S.Pd.I mengatakan bahwa etiket ini wajib diajarkan oleh semua guru, karena etiket atau pendidikan akhlak dirasa sangat urgen. Keunggulan pesantren salah satunya adalah pembinaan akhlak ini, sehingga pesantren dalam sistem dan visi pendidikannya adalah membentuk manusia cerdas yang dapat bersaing pada bidang keduniaan namun juga unggul masalah akhirat (agama). Begitulah pendidikan seharusnya yang dalam bahasa umum dikatakan dengan istilah mengacu pada iptek dan imtaq.
Pendidikan Etiket, Harga Mati Untuk Generasi Muda
Di pesantren Darunnajah Cipining, perhatian terhadap etiket (akhlak) sangat besar. Pesantren membiasakan para santrinya untuk menebar salam kepada siapapun, terlebih kepada orang yang lebih tua dari mereka. Sebagai ta’dzim (penghormatan) para santri juga membiasakan memberikan salam dan mencium tangan atau bersalaman.
Pada klimaksnya, urusan etiket (akhlak) santri akan menjadi fokus dewan guru saat sidang kenaikan kelas. Akhlak santri bisa jadi menentukan apakah seorang santri layak untuk naik kelas atau tidak. Pada saat itulah semua guru memberikan penilaian terhadap para santri dari sudut pandang pribadi maupun tanggung jawab yang diembannya, seperti wali kelas, bagian keamanan, wali kamar, dll. Bisa jadi, santri yang kurang berakhlak akan terhambat naik kelasnya meskipun catatan akademiknya memenuhi standar.
Pendidikan Etiket, Harga Mati Untuk Generasi Muda
Pembinaan akhlak juga dilakukan secara massal oleh pimpinan pesantren, KH Jamhari Abdul Jalal, Lc di masjid. Kepada para santri, Bapak Kyai mengamanatkan agar para santri ini dapat mengikuti jejak rosulullah sebagai suri tauladan. Akhlak yang baik merupakan cerminan dan representasi dari keberagamaan yang baik serta aplikasi dari pemahaman terhadap Al-Qur’an. Semoga apa yang telah dilakukan oleh pesantren menjadi sumbang sih terhadap agama Islam dan kebangkitan ummat menuju peradaban Islam yang akan datang. Amin. (wardan/Billah)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar