Jakarta - Mantan Bendahara Umum PD Muhammad Nazaruddin terus melancarkan serangan balas dendam pada bekas partainya. Serangan kini lebih fokus pada Ketua Umum PD Anas Urbaningrum.
Akhir-akhir ini tidak hanya Nazar seorang yang melakukan serangan. Anak buah Nazar pun mulai bermunculan membela tersangka suap Wisma Atlet ini. Mereka yakni mantan sopir Nazar, Aan, mantan sopir Yulianis yang juga staf Nazar, Dayat, dan dua petugas keamanan kantor Nazar, Dede dan Jauhari.
Keempat orang ini mendatangi dua stasiun televisi nasional Metro TV dan TVOne mengamini tudingan Nazar bahwa ada money politics sehingga Anas bisa menjadi ketua umum PD.
"Saya hadir ke sini karena hati nurani saya untuk menyampaikan apa yang saya alami dan lakukan," ujar Dede dalam wawancara dengan Metro TV, Kamis (28/7/2011) lalu.
Jauhari menambahkan ia terpanggil untuk memberi kesaksian karena muncul bantahan dari Anas.
“Kita hanya membawa uang segitu banyak, nyawa taruhannya. Kita sakit, karena pihak sana tidak mengakui,” imbuh Jauhari yang dibenarkan Aan.
Keempat anak buah Nazaruddin ini mengurai detail bagaimana membawa uang US$ 20 juta dari kantor Nazar, di Gedung Permai, Warung Buncit, Jakarta Selatan, ke Hotel Aston Primera, Bandung, Jawa Barat. Uang lantas dibagi-bagikan pada peserta kongres yang mendukung Anas.
Tentunya pengakuan sopir dan mantan karyawan Nazar memperkuat tudingan sang bos. Tapi di sisi lain juga menimbulkan tanda tanya. Sebab jarang ada atau bahkan mungkin belum pernah ada seorang mantan sopir mau begitu saja mendatangi media massa untuk memberi kesaksian terkait kasus hukum. Terlebih kesaksian itu bisa membahayakan dirinya sendiri karena menyangkut elite yang kini tengah berkuasa.
Pengamat politik dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Ari Dwipayana menilai kesaksian Aan cs itu merupakan strategi politik Nazaruddin. “Nazaruddin dalam konteks ini kan tidak mau dikorbankan, makanya dia melakukan mobilisasi informasi,” terang Ari kepada detik+.
Ari juga menyakini ada pihak yang menunggangi dan memanfaatkan kasus Nazar. Pihak yang menunggangi ini pastinya memiliki kepentingan dengan KPK, Anas Urbaningrum, dan PD. Pasalnya kesaksian Aan cs itu menyudutkan Anas, pimpinan KPK Chandra M Hamzah dan Ade Rahardja serta PD.
“Pihak yang bisa menunggang bisa dari dalam atau luar. Kalau dalam ya di PD itu sendiri dan luar tentunya punya kepentingan dengan KPK. Kan selama ini ada dua target yang ingin dicapai KPK dan kasus Anas yang sering disebut Nazar itu,” ulasnya lagi.
Sebelumnya Anas disebut sebagai pihak yang melindungi Nazar. Terlebih Nazar mengaku ia ke Singapura disuruh oleh Anas. Tapi Anas membantah tudingan Nazar. Kini Nazar justru fokus menyerang Anas. Jadi siapa yang bermain di balik serangan Nazar?
Sebelumnya elite PD menyebut Mr A sebagai orang yang bermain di balik Nazar. Soal keberadaan Mr A di balik kisruh Demokrat disampaikan Ketua DPP PD Ramadhan Pohan dan anggota Dewan pembina PD Ahmad Mubarok. Hingga kini kabar soal Mr A belum jelas juntrungannya.
Tapi kabar terakhir yang beredar justru menyebut Wakil Ketua Dewan Pembina PD yang juga Ketua DPR Marzuki Alie-lah yang melindungi dan memanfaatkan Nazaruddin. Motif Marzuki melakukan hal itu disebut-sebut karena berambisi ingin menjadi ketua umum PD. Untuk ambisinya itu, Marzuki berkepentingan Anas segera tumbang. Kabar beredar, Marzuki didukung Ani Yudhoyono yang juga pendiri PD.
Marzuki dan Nazar selama ini memang diketahui memiliki hubungan akrab. Menurut mantan staf Nazar di DPR, Nuril Anwar, Nazar sering meminta nasihat ataupun berkonsultasi dengan Marzuki DPR.
“Sebelum Wisma Atlet meledak, Pak Nazar sering konsultasi, minta nasihat ke Pak Marzuki di kantor,” kata Nuril yang kini berseberangan dengan Nazar setelah mundur sebagai staf Nazar pada 20 Juli 2011 lalu.
Marzuki mengakui ia memang pernah melakukan pertemuan dengan Nazar di ruangannya. Tapi ia membantah melindungi mantan bendahara umum PD itu.
“Itu tidak benar. Hanya satu kali, itu pun saya nggak tahu dia (Nazaruddin) mau kabur. Saya terima di ruangan besama Max Sopacua dan Sutan Bhatoegana,” kata Marzuki Ali yang dihubungi detik+.
Sayangnya, Marzuki tidak mau menjelaskan kapan pertemuan itu berlangsung. Mengenai ambisinya menjadi Ketum PD dan Ani Yudhoyono berada di belakang dirinya, seteru Anas saat kongres ke-2 PD itu hanya berujar, biarlah dulu wacana ini berkembang.
Untuk menyelesaikan melebarnya kasus Nazar, KPK disarankan memeriksa nama-nama yang disebut Nazar. KPK dan PD harus bertindak cepat memberikan respons yang positif.
“Bila tidak, mobilisasi informasi yang dalam dunia politik disebut agenda setting publik ini akan terus dimanfaatkan oleh Nazaruddin. Jangan biarkan masyarakat mempercayai apa yang menjadi agenda setting Nazaruddin itu,” imbuh Ari.
KPK, menurut Ari, sebenarnya memiliki cukup waktu untuk menyelidiki sejumlah nama elite PD ini. Dan, yang jelas kasus kekisruhan ini kan muaranya hanya ada dua persoalan penting, yaitu pertama patgulipat mafia anggaran. Kedua, anggaran publik yang digunakan hanya untuk kepentingan partai politik dalam kongres.
(iy/nrl)
Akhir-akhir ini tidak hanya Nazar seorang yang melakukan serangan. Anak buah Nazar pun mulai bermunculan membela tersangka suap Wisma Atlet ini. Mereka yakni mantan sopir Nazar, Aan, mantan sopir Yulianis yang juga staf Nazar, Dayat, dan dua petugas keamanan kantor Nazar, Dede dan Jauhari.
Keempat orang ini mendatangi dua stasiun televisi nasional Metro TV dan TVOne mengamini tudingan Nazar bahwa ada money politics sehingga Anas bisa menjadi ketua umum PD.
"Saya hadir ke sini karena hati nurani saya untuk menyampaikan apa yang saya alami dan lakukan," ujar Dede dalam wawancara dengan Metro TV, Kamis (28/7/2011) lalu.
Jauhari menambahkan ia terpanggil untuk memberi kesaksian karena muncul bantahan dari Anas.
“Kita hanya membawa uang segitu banyak, nyawa taruhannya. Kita sakit, karena pihak sana tidak mengakui,” imbuh Jauhari yang dibenarkan Aan.
Keempat anak buah Nazaruddin ini mengurai detail bagaimana membawa uang US$ 20 juta dari kantor Nazar, di Gedung Permai, Warung Buncit, Jakarta Selatan, ke Hotel Aston Primera, Bandung, Jawa Barat. Uang lantas dibagi-bagikan pada peserta kongres yang mendukung Anas.
Tentunya pengakuan sopir dan mantan karyawan Nazar memperkuat tudingan sang bos. Tapi di sisi lain juga menimbulkan tanda tanya. Sebab jarang ada atau bahkan mungkin belum pernah ada seorang mantan sopir mau begitu saja mendatangi media massa untuk memberi kesaksian terkait kasus hukum. Terlebih kesaksian itu bisa membahayakan dirinya sendiri karena menyangkut elite yang kini tengah berkuasa.
Pengamat politik dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Ari Dwipayana menilai kesaksian Aan cs itu merupakan strategi politik Nazaruddin. “Nazaruddin dalam konteks ini kan tidak mau dikorbankan, makanya dia melakukan mobilisasi informasi,” terang Ari kepada detik+.
Ari juga menyakini ada pihak yang menunggangi dan memanfaatkan kasus Nazar. Pihak yang menunggangi ini pastinya memiliki kepentingan dengan KPK, Anas Urbaningrum, dan PD. Pasalnya kesaksian Aan cs itu menyudutkan Anas, pimpinan KPK Chandra M Hamzah dan Ade Rahardja serta PD.
“Pihak yang bisa menunggang bisa dari dalam atau luar. Kalau dalam ya di PD itu sendiri dan luar tentunya punya kepentingan dengan KPK. Kan selama ini ada dua target yang ingin dicapai KPK dan kasus Anas yang sering disebut Nazar itu,” ulasnya lagi.
Sebelumnya Anas disebut sebagai pihak yang melindungi Nazar. Terlebih Nazar mengaku ia ke Singapura disuruh oleh Anas. Tapi Anas membantah tudingan Nazar. Kini Nazar justru fokus menyerang Anas. Jadi siapa yang bermain di balik serangan Nazar?
Sebelumnya elite PD menyebut Mr A sebagai orang yang bermain di balik Nazar. Soal keberadaan Mr A di balik kisruh Demokrat disampaikan Ketua DPP PD Ramadhan Pohan dan anggota Dewan pembina PD Ahmad Mubarok. Hingga kini kabar soal Mr A belum jelas juntrungannya.
Tapi kabar terakhir yang beredar justru menyebut Wakil Ketua Dewan Pembina PD yang juga Ketua DPR Marzuki Alie-lah yang melindungi dan memanfaatkan Nazaruddin. Motif Marzuki melakukan hal itu disebut-sebut karena berambisi ingin menjadi ketua umum PD. Untuk ambisinya itu, Marzuki berkepentingan Anas segera tumbang. Kabar beredar, Marzuki didukung Ani Yudhoyono yang juga pendiri PD.
Marzuki dan Nazar selama ini memang diketahui memiliki hubungan akrab. Menurut mantan staf Nazar di DPR, Nuril Anwar, Nazar sering meminta nasihat ataupun berkonsultasi dengan Marzuki DPR.
“Sebelum Wisma Atlet meledak, Pak Nazar sering konsultasi, minta nasihat ke Pak Marzuki di kantor,” kata Nuril yang kini berseberangan dengan Nazar setelah mundur sebagai staf Nazar pada 20 Juli 2011 lalu.
Marzuki mengakui ia memang pernah melakukan pertemuan dengan Nazar di ruangannya. Tapi ia membantah melindungi mantan bendahara umum PD itu.
“Itu tidak benar. Hanya satu kali, itu pun saya nggak tahu dia (Nazaruddin) mau kabur. Saya terima di ruangan besama Max Sopacua dan Sutan Bhatoegana,” kata Marzuki Ali yang dihubungi detik+.
Sayangnya, Marzuki tidak mau menjelaskan kapan pertemuan itu berlangsung. Mengenai ambisinya menjadi Ketum PD dan Ani Yudhoyono berada di belakang dirinya, seteru Anas saat kongres ke-2 PD itu hanya berujar, biarlah dulu wacana ini berkembang.
Untuk menyelesaikan melebarnya kasus Nazar, KPK disarankan memeriksa nama-nama yang disebut Nazar. KPK dan PD harus bertindak cepat memberikan respons yang positif.
“Bila tidak, mobilisasi informasi yang dalam dunia politik disebut agenda setting publik ini akan terus dimanfaatkan oleh Nazaruddin. Jangan biarkan masyarakat mempercayai apa yang menjadi agenda setting Nazaruddin itu,” imbuh Ari.
KPK, menurut Ari, sebenarnya memiliki cukup waktu untuk menyelidiki sejumlah nama elite PD ini. Dan, yang jelas kasus kekisruhan ini kan muaranya hanya ada dua persoalan penting, yaitu pertama patgulipat mafia anggaran. Kedua, anggaran publik yang digunakan hanya untuk kepentingan partai politik dalam kongres.
(iy/nrl)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar