ANTARA News

Senin, 31 Oktober 2011

Apakah pelanduk kembali jadi korban?


Mungkin mengutip peribahasa 'gajah bertarung lawan gajah, pelanduk mati di tengah-tengah' dan mengkaitkannya dengan peristiwa yang terjadi di London, persisnya di Katedral St Paul, pekan ini bisa jadi tidak terlalu tepat.

Gereja St Paul di London
Tapi entah kenapa, peribahasa itu langsung muncul ketika membaca berita pengunduran diri seorang pendeta senior di gereja terkenal itu, yang menjadi tempat pemberkatan Pangeran Charles dan Putri Diana. Dan memang, dengan sedikit upaya, ya ada jugalah relevansi antara peribahasa itu dengan pendeta Giles Fraser yang disebut-sebut ditekan untuk mundur dari struktur organisasi pengurus katedral.
Pendeta Fraser merupakan pendukung dari pengunjuk rasa antikapitalisme yang berkemah di halaman Katedral St Paul, sejak pekan lalu. Perkemahan itu membuat gereja yang dikunjungi ratusan ribu turis asing setiap tahunnya harus ditutup karena sekitar 200 tenda pengunjuk rasa mengganggu standar keselamatan di gereja itu.


Penutupan St Paul tersebut merupakan yang pertama sejak Perang Dunia sekitar 50 tahun lalu. Setelah sempat seminggu ditutup, para pengunjuk rasa bersedia mengosongkan jalan masuk ke geraja maupun di kawasan pintu darurat.
Jumat 28 Oktober St Paul kembali dibuka: tidak normal seperti biasa karena halamannya masih penuh dengan perkemahan unjuk rasa antikapitalisme, yang diawali sekelompok mahasiswa di New York dan menyebar ke seluruh kota Amerika Serikat, Eropa, maupun Asia.
Belum selesai

Giles Fraser
Gereja dibuka tidak berarti urusan selesai. Dewan Kota London secara prinsip menentang pendudukan tempat-tempat umum secara permanen. Perkemahan prodemokrasi di depan gedung parlemen, Westminster Palace, berhasil dibubarkan setelah melewati proses panjang dan ruang pengadilan.
Langkah hukum juga sudah dilakukan Dewan Kota London atas para pengunjuk rasa di St Paul, namun diperkirakan perlu waktu tiga bulan sebelum keputusa hukum untuk mengusir para pemukim tenda dari halaman St Paul.
Sambil menunggu keputusan hukum, muncul gagasan-gagasan mengusir para pengunjuk rasa dengan menggunakan polisi. Berdasarkan hukum, pemilik sebuah properti bisa saja meminta bantuan polisi untuk mengusir pendatang dari tempatnya.
Di sinilah Giles Fraser berbeda pendapat dengan mayoritas pendeta di St Paul. Pendeta Fraser khawatir pengusrian paksa para pengunjuk rasa akan memicu kekerasan. Dan memang itulah yang terjadi di New York, ketika polisi dikerahkan untuk membubarkan pengunjuk rasa antikapitalisme.
Mencegah kekerasan
Dalam pernyataan pengunduran dirinya, pendeta Fraser mengatakan masalahnya tidak sesederhana sekedar mengusir sekelompok orang dari halaman gereja. Dia menegaskan juga ingin agar perkemahan pindah dari halaman St Paul agar kegiatan beribadah dan kedatangan turis menjadi normal kembali.
"Tapi saya tidak siap dengan penggunaan menggunakan kekuatan untuk melakukan hal itu," tuturnya, yang dikutip semua media nasional di Inggris.

St Paul

Sudah hampir dipastikan para pengunjuk rasa akan menentang pengusiran dan potensi kekerasan antara pengunjuk rasa dengan aparat keamanan menjadi amat besar. Bayangkan, jika kekerasan berlangsung di halaman gereja, di depan para pendeta yang setiap saat menyebarkan pesan perdamaian. "Apa kata dunia," mengutip film Jenderal Naga Bonar.
Pandangan pendeta Fraser ini mendapat dukungan dari para pengunjuk rasa, yang sayangnya bukan pengambil keputusan di St Paul maupun Gereja Anglikan Inggris. Dengan ke luarnya pendeta Fraser dari proses pengambilan keputusan di St Paul, saya tinggal menanti-nanti kenyataan dari potensi kekerasan, walau sekaligus berharap tidak akan terjadi.
Tentu pula tidak ada niat merendahkan Giles Fraser dengan mengibaratkan sebagai pelanduk dalam peribahasa pertarungan gajah. Tapi lebih bertanya. Lagipula, jika Giles Fraser diibaratkan pelanduk yang menjadi korban, saya tidak yakin kelompok antikapitalisme adalah gajah.
Jelas kalau gajah yang satunya adalah perusahaan-perusahan besar yang mengeruk keuntungan miliaran dolar. Itu bisa saya pastika

Tidak ada komentar:

Posting Komentar