ANTARA News

Senin, 31 Oktober 2011

Bikin Kisruh Karena Misterius

Jakarta - Fadel Muhammad hingga kini terus bertanya-tanya. Apa yang salah dari dirinya sehingga dicopot dari jabatannya sebagai Menteri Kelautan dan Perikanan.

Fadel nyaris tidak percaya Presiden SBY menendangnya dari kabinet. Beberapa jam sebelum pengumuman reshuffle, ia mendapat kabar bakal tetap menempati posisinya. Adalah Menteri Sekertaris Negara (Mensesneg) Sudi Silalahi yang menelepon Fadel.

Selasa, 18 Oktober 2011, 4,5 jam sebelum pengumuman reshuffle, Sudi menyatakan posisi Fadel aman. Namun tiba-tiba saja, hanya10 menit sebelum pengumuman reshuffle, Sudi kembali menelepon. Kabar yang disampaikan sungguh mengejutkan, Fadel harus keluar dari kabinet.

Apa alasan pencopotan itu, Presiden SBY tidak memberi tahu. "Sebagai manusia saya kecewa, sebagai muslim saya dizalimi karena ini tanpa alasan," curhat Fadel saat menghadiri acara pelantikan menteri baru di istana.


Tidak adanya alasan pencopotan Fadel, membuat Golkar bergolak. Maklum Fadel bukan orang sembarangan di Golkar. Ia sering disebut sebagai wakil orang Indonesia Timur yang pendukungnya tidak sedikit.
Ketua Dewan Pertimbangan Partai Golkar Akbar Tandjung mengakui pascareshuffle, internal Partai Golkar tak kondusif. “Suasana seperti ini tidak baik dan tidak kondusif," ujar Akbar.

Selain Golkar, PKS dan PPP pun dibuat ribut gara-gara reshuffle. Kisruh di PKS bermula dari pertemuan SBY dengan Tifatul Sembiring. Menteri Komunikasi dan Informatika yang juga anggota Majelis Syura PKS itu dipanggil menghadap presiden, sepekan sebelum reshuffle.

Dalam pertemuan di rumah SBY di Cikeas, Bogor, Jawa Barat, SBY meminta agar elit PKS dapat menertibkan kadernya yang "ribut-ribut" bicara reshuffle. Dalam pertemuan itu, kata sumber detik+ di PKS, SBY meminta Tifatul menegur secara terbuka dua kadernya yang kerap melancarkan kritik terhadap SBY dan proses reshuflle.

Dua kader tukang kritik itu adalah Sekjen DPP PKS Anis Matta dan Ketua DPP PKS Fahri Hamzah. Namun ternyata permintaan SBY tersebut tidak mendapat dukungan bulat di elit PKS. Akibatnya, jatah menteri PKS pun disunat.

PKS memiliki 4 menteri di kabinet yakni Menkominfo Tifatul Sembiring, Menristek Suharna, Menteri Pertanian Suswono dan Menteri Sosial Slaim Segaf Al Jufri. Nah SBY akan menendang menendang Suharna.
Sikap SBY ini membuat marah PKS. Mereka mengancam akan keluar koalisi. Namun di sisi lain, keluar dari koalisi tentu akan merugikan PKS. Mereka bisa kehilangan sumber kekuatan dan keuangan menghadapi Pemilu 2014. Maka suara-suara yang ingin bertahan di kabinet pun berusaha menentang ancaman keluar dari kabinet.

Mensos Salim Segaf Al Jufri yang juga kader senior PKS mengakui partainya memang bergolak. Hingga kini PKS masih adu kuat untuk keluar dari koalisi atau tidak. PKS akan segera menggelar rapat Majelis Syuro untuk menentukan langkah.

Sementara PPP, meski tidak sekencang PKS dan Golkar, juga bukan berarti adem ayem saja. PPP mempunyai dua menteri di kabinet SBY yakni Menag Suryadharma Ali dan Menpera Suharso Monoarfa. Dua nama menteri ini sama-sama dianggap sebagai menteri yang bermasalah sehingga layak digusur. Namun kemudian Suharso yang menghadapi masalah perceraian memilih mengundurkan diri dari kabinet.

PPP mengajukan Ahmad Farial untuk menggantikan posisi Suharso. Namun belakangan SBY justru memanggil Djan Faridz. Masalahnya Djan yang rumahnya disewa sebagai kantor PD Jakarta itu dianggap tidak mewakili PPP. Inilah yang kini membuat panas PPP.

Munculnya konflik internal di PKS, Golkar dan PPP, pasca reshuffle, dipicu ketidakjelasan parameter penilaian dalam perombakan kabinet. Apakah menteri yang diganti itu memang buruk kinerjanya atau masalah integritasnya.

"Pada bulan Juli kan UKP4 sempat menyebutkan bahwa kabinet tidak menjalankan perpres sebanyak 50%. Harusnya disebutkan kementerian mana saja yang buruk kerjanya. Harus ada alasan yang ilmiah sehingga tidak menimbulkan banyak praduga," jelas pengamat politik Effendi Gazali.

Karena penilaian kinerja menteri itu masih misterius, jangan heran bila kemudian mengundang tanya di kalangan elit partai. Mereka semua menduga-duga dan jadi curiga ada apa di balik penunjukan dan pencopotan menteri kali ini. Gazali menambahkan, kisruh di internal partai koalisi baru akan berakhir tergantung kinerja kabinet yang baru. Paling tidak butuh waktu 1 tahun berjalannya kabinet.

Ketua DPP PDIP Maruarar Sirait sependapat dengan Effendi. SBYsebenarnya bisa memakai penilaian UKP4 untuk reshuffle. Bila merujuk UKP4, maka idealnya menteri yang dicopot itu mendekati separoh jumlah menteri. Tapi ternyata jumlah menteri yang diganti hanya segelintir orang.

Bila mempertimbangkan kinerja, pencopotan Fadel dari KKP tentu menimbulkan tanda tanya. Selama ini kinerja Fadel relatif tidak masalah. Bahkan Fadel dinilai banyak berkontribusi dalam mencegah masuknya barang-barang impor, seperti garam dan ikan.

Sementara menteri yang dinilai punya masalah dalam kinerja justru aman-aman saja. Nah, supaya publik mengetahui alasan pencopotan menteri, SBY seharusnya menjelaskan alasannya ke publik. "Rakyat harus tahu proses reshuffle dan alasannya. Bukan hasilnya saja," desak Ara.

Tulisan detik+ selanjutnya: 'Berharap Ditambah Malah Bubrah', 'Karena Anis Karier Suharna Habis' dan 'Retak Setelah Bukan Wakil Diangkat' serta laporan utama 'Pernikahan Agung Keraton Yogya'bisa anda dapatkan di detiKios for Ipad yang tersedia di apple store.

(ddg/iy) 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar