ANTARA News

Kamis, 15 Desember 2011

Jerusalem Center, Minta Cina dan Rusia Cegah Rencana Serangan Israel ke Iran Jumat

INTELIJEN.co.id - Dalam beberapa minggu terakhir ini, berbagai artikel dan analisis di media-media Israel banyak berspekulasi tentang kemampuan militer Israel vis-a-vis Iran. Dasar penting dari spekulasi itu, adalah klaim Israel dan kebanyakan negara-negara Barat tentang adanya program senjata nuklir Iran.

Sukses Israel dalam ujicoba rudal balistik antar benua dari darat ke darat pada dua hari lalu, Rabu, 2 November 2011, semakin memperkuat spekulasi pemberitaan media-media Israel akan kesiapan negara ini melakukan serangan ke Iran dalam rangka menghentikan atau menunda program persenjataan nuklir Iran. Meski, para pejabat pertahanan Israel mengkritik spekulasi tersebut yang dikatakan sebagai suatu yang bisa menimbulkan kerusakan.

Hanya, spekulasi, terus betahan. Sebuah laporan baru oleh lembaga pemikir Israel, Jerusalem Center for Public Affairs, menyebutkan adanya kemungkinan pembalasan kelompok Hizbullah di Lebanon. Dan hal ini bisa membawa Israel menyerang fasilitas-fasilitas nuklir Iran.


Laporan lembaga itu, didasarkan laporan media Lebanon, yang menguraikan skenario pembalasan Hizbullah. Dikatakan bahwa kelompok bersenjata anti-Israel tersebut akan melepaskan sedikitnya 10.000 rudal di banyak kota besar Israel, di samping sasaran-sasaran militer dan tempat-tempat strategis penting lainnya.

Laporan juga berisi rencana operasional Hizbullah untuk melakukan invasi di wilayah Israel utara. Invansi ini disebutkan mendapat dukungan penuh Iran. Tujuan di balik publikasi skenario pembalasan oleh Hizbullah adalah untuk menghalangi Israel menyerang Iran.

Dr Shimon Shapira, dari lembaga pemikir Israel yang mengeluarkan laporan baru tersebut, mendorong Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk lebih mengintensifkan tekanan terhadap Iran terkait pengembangan program nuklirnya. Hal ini, menurut Saphira, adalah untuk menghindari rencana serangan Israel.

Salah satu langkahnya, adalah mendorong Cina dan Rusia untuk tidak melakukan veto terhadap kemungkinan sanksi oleh PBB, yang diperlukan untuk menekan Iran menghentikan program nuklirnya. Cina dan Rusia, dalam pandangan Saphira, memiliki peran strategis untuk mencegah Israel agar tidak memaksakan kemungkinan serangan.

Israel, menurutnya, bagaimanapun, dapat melakukan sendiri penghentian prgramnuklir Iran. Israel memiliki kemampuan bangsa Yahudi meluncurkan serangan udara pada instalasi nuklir Iran, yang tersebar di seluruh negeri dan dalam beberapa kasus juga diperkaya di bawah tanah.

Meski, Israel sendiri juga harus menghitung risikonya, mengingat jet-jet Israel tidak memiliki kemampuan melakukan serangan jarak tanpa harus transit pengisian bahan bakar. Menurut Saphira, serangan udara, adalah sesuatu yang secara signifikan meningkatkan risiko operasional.

Sukses ujicoba rudal balistik antar benua dari darat ke darat, bisa jadi memang menunjukkan kesiapan Israel untuk menyerang Iran. Langkah pencegahan memang penting, salah satu dengan mendorong keterlibatan Cina dan Rusia seperti ditawarkan Saphira. Hanya, bagaimana dengan Israel sendiri untuk dapat menciptakan kondisi damai di Timur Tengah? Kita tunggu saja!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar