Jakarta - Bencana alam masih akan menjadi ancaman serius di Indonesia pada 2012. Banjir, cuaca ekstrem, gempa bumi, dan gunung meletus masih akan melanda negeri kita.
Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Sri Woro B Harijono memperkirakan ancaman banjir besar di Jakarta akan terjadi pada Januari 2012. Khusus daerah pantai saat hujan tinggi akan menjadi persoalan serius karena berbarengan dengan rob. Efeknya, banjir akan lebih tinggi dari tahun-tahun sebelumnya.
Ancaman banjir bandang itu sebenarnya bisa terdeteksi dengan kedatangan cold surge atau Angin Siberia dari belahan utara bumi yang mengalir ke selatan. "Cirinya, seminggu sebelum kejadian, ada badai salju di Hong Kong, dengan tekanan permukaan naik sebesar 10 milibar dalam 24 jam, dan membuat udara di kawasan kita kering," terang Sri Woro.
Faktor cold surge cukup berat menekan Jakarta dari laut dan dari atmosfer saat terjadi hujan lokal secara terus-menerus, ditambah banjir kiriman. Selain itu, pada akhir Januari matahari juga sedang berada tepat di atas Pulau Jawa. Radiasi matahari maksimal juga bisa berpengaruh pada faktor kemungkinan banjir.
Direktur Eksekutif Indonesia Water Institute Firdaus Ali bahkan memprediksi Jakarta akan tenggelam. Tahun 2012 bertepatan dengan dengan siklus hujan 5 tahunan. BMKG menegaskan sebenarnya secara ilmiah siklus banjir 5 tahunan tidak ada. Tapi harus diwaspadai secara empiris dan historis ada fakta yang menjelaskan banjir besar terjadi setiap 5 tahun sekali yakni tahun 1996, 2002, 2007 dan diperkirakan juga 2012. "Kota ini akan kelelep atau bahasa teknisnya tenggelam pada 2012," kata Firdaus.
Walhi menyoroti tidak becusnya pengelolaan tata ruang di Jakarta. Bila mengacu pada UU No 26 Tahun 2007 tentang Tata Ruang, setiap daerah provinsi diwajibkan mengalokasikan sekitar 30% lahannya untuk ruang terbuka hijau (RTH). Dengan kondisi saat ini, hanya 26 persen curah hujan di Jakarta yang mencapai rata-rata 2 miliar per tahun mampu terserap ke dalam tanah.
"Saat ini air sulit meresap ke dalam tanah, karena sebagian besar lahan di Jakarta penuh dengan bangunan beton dan aspal dan menyisihkan sedikit lahan terbuka atau RTH yang hanya 9,9 %," jelas Direktur Eksekutif Walhi DKI Jakarta Ubaidillah.
Bencana hidrometeorologi seperti banjir dan cuaca ekstrem memang akan mendominasi di tahun 2012. Menurut Presiden Ikatan Ahli Geolagi Indonesia (IAGI) Rovicky Dwi Putrohari, dari kajian geologi dunia, pemanasan global akan mempengaruhi kondisi meteorologis. Gejala bencana hidrometerologis ini dipicu perubahan iklim global yang menyebabkan adanya perubahan musim dan terjadinya curah hujan anomali.
Curah hujan ekstrem tinggi di daerah-daerah rawan longsor akan memicu longsor dan di daerah dataran perkotaan yang sistem drainasinya rusak akan menyebabkan banjir. Masyarakat perlu mewaspadai kemungkinan longsoran yang menyebabkan banjir lahar di daerah-daerah yang sebelumnya menjadi tempat bertumpuknya material lepas hasil erupsi gunung api.
“Tahun 2012 mendatang curah hujan ini perlu diamati secara terus menerus, karena curah hujan ini akan menjadi pemicu utama bencana yang berpotensi menyebabkan kerugian serta korban akan paling besar,” kata Rovicky kepada majalah detik.
Kepala Pusat Vulkanologi dan Migitasi Bencana Geologi (PVMBG) Surono memperingatkan masyarakat yang tinggal di lereng gunung, tebing atau bantaran sungai harus waspada sebab kawasan ini rawan longsor dan banjir bandang. “Sayangnya, selama ini masyarakat kelihatannya kurang percaya bakal ada bahaya tersebut. Jadi kita ngasih tahunya susah sekali," sesal Mbah Rono.
Amukan Gunung Berapi
Selain banjir, bencana alam yang masih akan mengancam pada 2012 yaitu gempa bumi dan letusan gunung berapi. Walau tidak diketahui hubungan langsung dengan perubahan iklim, namun gejala aktivitas gunung api juga tercatat meningkat.
Akhir Desember 2011 saja tercatat ada 23 gunung api yang berstatus di atas normal. 6 di antaranya berstatus Siaga (level 2), yaitu Gunung Anak Karakatu (Banten), Gunung Lokon (Tomohon, Sulawesi Utara), Gunung Karangetan (Sitaro, Sulawesi Utara), Gunung Papandayan (Garut, Jawa Barat), Gunung Gamalama (Ternate, Maluku Utara) dan Gunung Ijen (Banyuwangi, Jawa Timur).
“Sampai bulan Januari 2012 gunung-gunung itu masih belum bisa diturunkan statusnya dari siaga. Kita masih terus pantau perkembangannya,” kata Mbah Rono.
Mbah Rono menjelaskan, sampai saat ini ada 17 gunung api yang berstatus waspada. Tapi satu gunung api, yaitu Gunung Sorik Marapi di Mandailing Natal, Sumatera Utara statusnya sudah turun menjadi normal. Sedangkan, seiring dengan masih aktifnya 16 gunung api itu, di kawasan gunung api itu kerap terjadi gempa vulkanik susulan dengan intensitas dan tingkat kegempaan yang berbeda-beda.
Pemerintah dan masyarakat benar-benar harus waspada menghadapi ancaman-ancaman bencana alam. Cara penanggulangan bencana harus sudah disiapkan. Yang juga sangat penting disiapkan adalah cadangan nasional migas serta cadangan nasional energi bila negara terancam kondisi genting. Masalah ini belum ada aturannya.
"Aturan tentang cadangan migas dan energi perlu dipikirkan mengingat kondisi alam Indonesia yang dikenal dengan daerah cincin api sangat rawan terhadap bencana besar,” tegas Rovicky.
Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Sri Woro B Harijono memperkirakan ancaman banjir besar di Jakarta akan terjadi pada Januari 2012. Khusus daerah pantai saat hujan tinggi akan menjadi persoalan serius karena berbarengan dengan rob. Efeknya, banjir akan lebih tinggi dari tahun-tahun sebelumnya.
Ancaman banjir bandang itu sebenarnya bisa terdeteksi dengan kedatangan cold surge atau Angin Siberia dari belahan utara bumi yang mengalir ke selatan. "Cirinya, seminggu sebelum kejadian, ada badai salju di Hong Kong, dengan tekanan permukaan naik sebesar 10 milibar dalam 24 jam, dan membuat udara di kawasan kita kering," terang Sri Woro.
Faktor cold surge cukup berat menekan Jakarta dari laut dan dari atmosfer saat terjadi hujan lokal secara terus-menerus, ditambah banjir kiriman. Selain itu, pada akhir Januari matahari juga sedang berada tepat di atas Pulau Jawa. Radiasi matahari maksimal juga bisa berpengaruh pada faktor kemungkinan banjir.
Direktur Eksekutif Indonesia Water Institute Firdaus Ali bahkan memprediksi Jakarta akan tenggelam. Tahun 2012 bertepatan dengan dengan siklus hujan 5 tahunan. BMKG menegaskan sebenarnya secara ilmiah siklus banjir 5 tahunan tidak ada. Tapi harus diwaspadai secara empiris dan historis ada fakta yang menjelaskan banjir besar terjadi setiap 5 tahun sekali yakni tahun 1996, 2002, 2007 dan diperkirakan juga 2012. "Kota ini akan kelelep atau bahasa teknisnya tenggelam pada 2012," kata Firdaus.
Walhi menyoroti tidak becusnya pengelolaan tata ruang di Jakarta. Bila mengacu pada UU No 26 Tahun 2007 tentang Tata Ruang, setiap daerah provinsi diwajibkan mengalokasikan sekitar 30% lahannya untuk ruang terbuka hijau (RTH). Dengan kondisi saat ini, hanya 26 persen curah hujan di Jakarta yang mencapai rata-rata 2 miliar per tahun mampu terserap ke dalam tanah.
"Saat ini air sulit meresap ke dalam tanah, karena sebagian besar lahan di Jakarta penuh dengan bangunan beton dan aspal dan menyisihkan sedikit lahan terbuka atau RTH yang hanya 9,9 %," jelas Direktur Eksekutif Walhi DKI Jakarta Ubaidillah.
Bencana hidrometeorologi seperti banjir dan cuaca ekstrem memang akan mendominasi di tahun 2012. Menurut Presiden Ikatan Ahli Geolagi Indonesia (IAGI) Rovicky Dwi Putrohari, dari kajian geologi dunia, pemanasan global akan mempengaruhi kondisi meteorologis. Gejala bencana hidrometerologis ini dipicu perubahan iklim global yang menyebabkan adanya perubahan musim dan terjadinya curah hujan anomali.
Curah hujan ekstrem tinggi di daerah-daerah rawan longsor akan memicu longsor dan di daerah dataran perkotaan yang sistem drainasinya rusak akan menyebabkan banjir. Masyarakat perlu mewaspadai kemungkinan longsoran yang menyebabkan banjir lahar di daerah-daerah yang sebelumnya menjadi tempat bertumpuknya material lepas hasil erupsi gunung api.
“Tahun 2012 mendatang curah hujan ini perlu diamati secara terus menerus, karena curah hujan ini akan menjadi pemicu utama bencana yang berpotensi menyebabkan kerugian serta korban akan paling besar,” kata Rovicky kepada majalah detik.
Kepala Pusat Vulkanologi dan Migitasi Bencana Geologi (PVMBG) Surono memperingatkan masyarakat yang tinggal di lereng gunung, tebing atau bantaran sungai harus waspada sebab kawasan ini rawan longsor dan banjir bandang. “Sayangnya, selama ini masyarakat kelihatannya kurang percaya bakal ada bahaya tersebut. Jadi kita ngasih tahunya susah sekali," sesal Mbah Rono.
Amukan Gunung Berapi
Selain banjir, bencana alam yang masih akan mengancam pada 2012 yaitu gempa bumi dan letusan gunung berapi. Walau tidak diketahui hubungan langsung dengan perubahan iklim, namun gejala aktivitas gunung api juga tercatat meningkat.
Akhir Desember 2011 saja tercatat ada 23 gunung api yang berstatus di atas normal. 6 di antaranya berstatus Siaga (level 2), yaitu Gunung Anak Karakatu (Banten), Gunung Lokon (Tomohon, Sulawesi Utara), Gunung Karangetan (Sitaro, Sulawesi Utara), Gunung Papandayan (Garut, Jawa Barat), Gunung Gamalama (Ternate, Maluku Utara) dan Gunung Ijen (Banyuwangi, Jawa Timur).
“Sampai bulan Januari 2012 gunung-gunung itu masih belum bisa diturunkan statusnya dari siaga. Kita masih terus pantau perkembangannya,” kata Mbah Rono.
Mbah Rono menjelaskan, sampai saat ini ada 17 gunung api yang berstatus waspada. Tapi satu gunung api, yaitu Gunung Sorik Marapi di Mandailing Natal, Sumatera Utara statusnya sudah turun menjadi normal. Sedangkan, seiring dengan masih aktifnya 16 gunung api itu, di kawasan gunung api itu kerap terjadi gempa vulkanik susulan dengan intensitas dan tingkat kegempaan yang berbeda-beda.
Pemerintah dan masyarakat benar-benar harus waspada menghadapi ancaman-ancaman bencana alam. Cara penanggulangan bencana harus sudah disiapkan. Yang juga sangat penting disiapkan adalah cadangan nasional migas serta cadangan nasional energi bila negara terancam kondisi genting. Masalah ini belum ada aturannya.
"Aturan tentang cadangan migas dan energi perlu dipikirkan mengingat kondisi alam Indonesia yang dikenal dengan daerah cincin api sangat rawan terhadap bencana besar,” tegas Rovicky.

Tidak ada komentar:
Posting Komentar