Ini merupakan ikhtiar agar para jamaah terus-menerus melatih cara berpikir dengan selalu mencermati persoalan dirinya maupun melihat realitas di sekelilingnya sehingga jamaah semakin lebih akurat mengenali dirinya dengan jalan mempelajari ke dalam dan ke belakang.
Ini merupakan upaya pembelajaran yang mengajak jamaah untuk memahami asal-usul pengetahuan yang didapatnya. Ketika jamaah membaca dan berusaha menganalisis, maka implikasinya “aksi mengagumi” akan dituntut secara mendalam terhadap “apa” yang dikagumi. Sehingga, tidak berhenti pada mengagumi, tidak berhenti pada menikmati, tidak berhenti pada mendapatkan mangga siap santap.
Artinya Jamaah Maiyah melihat ke dan dari dalam; inilah yang menjadikan jamaah akan memahami secara luas, tidak hanya sekadar menatap namun tidak melihat, karena tidak mengetahui apa yang ditatap secara dekat, hanya mengetahui sebatas permukaan belaka.
Di zaman dahulu, kaum sekolahan sinis kepada petani, bahwa pengetahuan petani hanya seluas tanah yang digarapnya. Jangan membayangkan setiap petani di Jawa memiliki lahan garapan puluhan hektar. Ambil contoh, data BPS 2004 mencatat rata-rata kepemilikan lahan petani semakin turun dari 0,58 hektar pada tahun 1983 menjadi 0,47 hektar pada tahun 1993.
Ini merupakan upaya pembelajaran yang mengajak jamaah untuk memahami asal-usul pengetahuan yang didapatnya. Ketika jamaah membaca dan berusaha menganalisis, maka implikasinya “aksi mengagumi” akan dituntut secara mendalam terhadap “apa” yang dikagumi. Sehingga, tidak berhenti pada mengagumi, tidak berhenti pada menikmati, tidak berhenti pada mendapatkan mangga siap santap.
Artinya Jamaah Maiyah melihat ke dan dari dalam; inilah yang menjadikan jamaah akan memahami secara luas, tidak hanya sekadar menatap namun tidak melihat, karena tidak mengetahui apa yang ditatap secara dekat, hanya mengetahui sebatas permukaan belaka.
Di zaman dahulu, kaum sekolahan sinis kepada petani, bahwa pengetahuan petani hanya seluas tanah yang digarapnya. Jangan membayangkan setiap petani di Jawa memiliki lahan garapan puluhan hektar. Ambil contoh, data BPS 2004 mencatat rata-rata kepemilikan lahan petani semakin turun dari 0,58 hektar pada tahun 1983 menjadi 0,47 hektar pada tahun 1993.